Translate

Jumat, 27 November 2015

Ternak Sapi Perah - Kisah Kiat Wirausaha Sukses Beternak Sapi Perah - AndreLinds.Com

Mitra Sukses Dari modal awal dua ekor sapi perah, Sayfudin Zuhri berhasil menjadi peternak sukses di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Kuncinya, jangan cepat puas.
Sayfudin adalah contoh peternak sapi perah yang berhasil mengembangkan usahanya. Setelah 13 tahun berkutat di usaha ini, kini pria yang biasa dipanggil Sutrikno ini bisa berbangga, lantaran usaha yang dilakoninya dengan tekun ini berhasil. Dari modal dua ekor, kini jumlah ternaknya telah menembus angka 50-an ekor.
kiat wirausaha sukses beternak sapi perah50-an ekor sapi yang dipeliharanya mampu menghasilkan produk susu yang menjadi penopang kehidupan keluarga. Setiap sapi rata-rata dapat menghasilkan 10 liter susu segar per hari. Dengan harga Rp. 3.000, maka peternak seperti Sayfudin mampu meraup penghasilan Rp. 360.000 per hari atau sekitar Rp. 10.800.000 per bulan. ”Dari usaha tersebut sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga,” ujar pria rendah hati ini.
Berkat usaha ternak sapi perahnya tersebut, Sayfudin pun sukses mengangkat derajat perekonomian keluarga. Ayah tiga anak ini bisa membeli rumah, kebun, mobil, bahkan mampu menunaikan rukun Islam yang kelima. ”Alhamdulillah kehidupan kami sekarang lebih dari cukup,” kata pria yang hanya lulusan SMP tersebut.
Meski telah menuai sukses, Sayfudin mengaku belum sepenuhnya puas. Cita-citanya adalah terus menambah jumlah sapinya agar usahanya semakin maju. Syafudin berpendapat, usaha ternak sapi perah bakal semakin prospektif lantaran kebutuhan susu murni nasional terus meningkat. ”Kesadaran masyarakat kita meminum susu semakin hari semakin baik, itu berdampak bagus bagi peternak seperti kami,” tuturnya.
Kendala menjadi peternak sapi perah memang masih ada. Situasi sulit yang dihadapi peternak sapi perah seperti Sayfudin adalah ketika harga jual susu di tingkat koperasi jatuh. Sialnya, tak banyak pilihan bagi para peternak untuk keluar dari situasi ini. ”Lebih repot lagi jika sapi bunting. Produksi susu pasti turun,” aku Sayfudin.
Menurut Sayfudin situasi seperti itu, membutuhkan kreatifitas peternak dalam memecahkannya. Daripada berkutat dengan masalah pelik harga jual susu yang tak kunjung ketemu titik temunya, Syafudin memilih mencari pemasukan dari sumber lain atau paling tidak bisa mengurangi biaya perawatan.
Berbekal informasi yang dia dapat, belakangan, Sayfudin memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan baku energi bio gas. Dengan pemanfaatan kotoran sapi menjadi bio gas, Syafudin mengaku bisa menghemat hingga Rp10.000 per hari untuk biaya penerangan rumah dan kandang sapi.
Selain itu, limbah bahan baku bio gas ini oleh Sayfudin kemudian diolah lagi menjadi pupuk  Tak hanya itu kebun seluas empat hektare yang sekaligus menjadi kandang ternaknya juga dimanfaatkan untuk ditanami kopi robusta
Tak heran bila pria kreatif ini menjadi panutan bagi ribuan peternak sapi perah yang ada di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. “Kita harus kreatif dengan segala masalah yang ada. Kalau tidak, ya gak akan maju-maju. Petani atau peternak seperti kebanyakan gak akan bisa menikmati jerih payahnya,” pesan Sayfudin.
Perjalanan Sayfudin hingga menjadi sekarang cukup panjang. Pada tahun 1987, ketika menginjak usia 22 tahun, dia mulai mengikuti jejak orangtuanya yang juga peternak sapi perah. Keinginan Sayfudin mengikuti jejak orang tua dilatarbelakangi minatnya dengan dunia ternak.
Sayfudin benar-benar total menimba ilmu dari orang tuanya. Semua hal yang berkaitan dengan dunia ternak sapi perah dia pelajari. Mulai dari pakan, kebersihan kandang, cara memerah susu, dan perawatan sapi agar menghasilkan produk susu berkualitas.
Ibarat murid sekolah, Sayfudin juga memegang prinsip bahwa setiap tahun dia harus naik kelas. Dia berprinsip tak ingin hanya sekadar menjadi peternak sapi perah seperti yang dilakukan orang tuanya atau peternak lainnya di Desa Kalipucung, Pasuruan, melainkan harus memiliki nilai lebih.
Berkat keuletan dan motivasinya, tak heran Sayfudin mampu mentransfer ilmu dari orang tuanya dengan cepat. Pada tahun ketujuh sejak dia masih menjadi ’murid’ orang tua, Sayfudin telah memiliki tujuh ekor sapi perah dari modal awal yang hanya dua ekor.
Dan, keinginan Sayfudin untuk terus maju tak pernah padam. Meski telah memelihara tujuh sapi perah dia ingin menambah ternaknya lagi. ”Padahal, dengan dua ekor sapi perah saja sudah cukup untuk mendukung perekonomian keluarga,” katanya.
Kini, ternak sapi perahnya mencapai 50-an ekor. Tak semua sapi-sapi perahnya dia pelihara sendiri di lahan ternaknya yang seluas empat hektare. Karena lahan tersebut dinilai terlalu sempit untuk bisa menampung seluruh ternak sapinya, sebagian peliharaan dia titipkan kepada orang lain dengan sistem bagi hasil.

Melalui pola kemitraan tersebut, Sayfudin mengaku senang karena mampu berbagi dengan orang lain. Kebanyakan, peternak yang bermitra dengan Sayfudin pun merasa senang karena selain mendapat penghasilan, juga bisa menimba ilmu dari sosok yang dikenal supel ini.
Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar